foto bersama Pengurus BEM STIT Darusaalimin

Pemimpin Banyak, Tapi Tidak Semua Punya Kepemimpinan

Lombok Tengah (NTB), Suluhtastura.id – “Setiap orang adalah pemimpin, tapi tidak semua pemimpin memiliki kepemimpinan.” Kalimat ini menjadi tema utama dalam kajian yang digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIT Darussalimin NW Praya, Sabtu, 31 Mei 2025, bertempat di Selebung 1, Lombok Tengah.

Kegiatan tersebut menghadirkan Ahmad Rodi, S.Pd, seorang aktivis GMNI, sebagai narasumber utama. Dalam diskusinya, ia menantang peserta untuk merenungkan kembali makna sejati dari kepemimpinan. “Kepemimpinan tidak bisa hanya diukur dari jabatan atau kekuasaan. Ia tumbuh dari karakter, visi, dan keberanian untuk memengaruhi orang lain menuju perubahan yang lebih baik,” tegasnya.

Acara ini diikuti oleh seluruh pengurus dan anggota BEM, yang aktif berdiskusi dan berbagi pandangan. Ketua BEM STIT Darussalimin, Muh. Ma’nawi, menilai bahwa tema kajian kali ini sangat penting untuk membangun kesadaran kolektif di kalangan mahasiswa. “Kami semakin sadar bahwa menjadi pemimpin itu tanggung jawab besar. Bukan soal posisi, tapi soal kemampuan untuk menggerakkan dan memberi arah,” ujarnya.

Sementara itu, Nurkholis Mubarak, Ketua Umum Komisariat HMI STIT Darussalimin NW Praya sekaligus Menteri Pendidikan dan Keagamaan BEM, menjelaskan bahwa kajian ini merupakan tindak lanjut dari materi Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) yang pernah mereka ikuti. “Kami ingin pendalaman lebih jauh, bukan hanya teoritis, tapi juga aplikatif. Kepemimpinan harus dipahami sebagai alat untuk berkontribusi bagi masyarakat dan bangsa,” jelasnya.

Dari perspektif komunikasi dan inspirasi, Muh. Reza, Menteri Kominfo BEM, menyampaikan bahwa kualitas pemimpin tercermin dari kemampuannya dalam memotivasi dan menyampaikan visi. “Semua orang bisa jadi pemimpin, tapi hanya yang bisa menginspirasi dan mengambil keputusan tepat yang akan bertahan,” ungkapnya.

Rendi Irawan, Sekretaris BEM, mengingatkan bahwa kepemimpinan bukan jaminan kualitas. “Jabatan tidak menjamin seseorang paham cara memimpin. Oleh karena itu, pengembangan diri jadi hal wajib,” katanya.

Beberapa anggota BEM juga turut menyampaikan pandangannya. Nurul Haromi menekankan pentingnya pengaruh dan kepercayaan dalam kepemimpinan. “Pemimpin harus bisa membangun hubungan emosional dan menghargai timnya,” ucapnya. Sedangkan M. Khairil menyoroti pentingnya adaptasi. “Pemimpin harus fleksibel, cepat tanggap terhadap situasi, dan tidak ragu mengambil keputusan meski dalam ketidakpastian,” ujarnya.

Antusiasme peserta terlihat dari sesi diskusi dan umpan balik. Banyak mahasiswa mengaku mendapatkan wawasan baru dari kegiatan tersebut. “Diskusi ini sangat interaktif dan menggugah. Saya jadi lebih memahami bahwa kepemimpinan bisa dipelajari dan dikembangkan,” ungkap salah satu peserta.

Kegiatan ini juga menjadi ajang pembuktian bahwa mahasiswa bukan hanya agen perubahan, tapi juga calon-calon pemimpin masa depan yang harus dibekali dengan karakter, intelektualitas, dan keberanian.

BEM STIT Darussalimin NW Praya berharap kajian seperti ini terus menjadi ruang belajar bersama yang tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga membentuk sikap dan kepemimpinan yang berintegritas.(ST-04)