

Sudirman Haryanto (Anggota Bawaslu Kabupaten Lombok Tengah)
Hari Raya Idul Adha: Menyelaraskan Pengorbanan dengan Demokrasi yang Berkeadilan
Oleh: Sudirman
Haryanto, S.Pd., C.Med.
Anggota Bawaslu Kabupaten Lombok Tengah
Idul Adha selalu menghadirkan makna mendalam yang
mengajak kita untuk merenung dan memperbaiki diri, terutama terkait
pengorbanan. Bagi umat Islam, perayaan ini bukan sekadar momen untuk berbagi
daging kurban, tetapi juga merupakan waktu untuk merenungkan nilai pengorbanan
yang lebih universal, pengorbanan untuk kebaikan Bersama, kebaikan untuk ummat
manusia dan alam semesta. Momen ini mengingatkan kita akan kisah Nabi Ibrahim
dan anaknya, Ismail, yang rela berkorban demi menjalankan perintah Tuhan. Nilai
pengorbanan yang diajarkan oleh keduanya tentu sangat relevan juga untuk
diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam konteks menjaga
demokrasi yang berkeadilan.
Pengorbanan dalam Sejarah dan Kehidupan Demokrasi
Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail tidak hanya
mengajarkan kita tentang kedekatan dengan Tuhan, tetapi juga tentang keberanian
untuk melakukan pengorbanan yang besar demi keadilan dan kebenaran. Perintah
untuk mengorbankan anaknya datang sebagai ujian iman, dan Ibrahim tidak ragu
menjalankannya. Ismail pun dengan penuh keikhlasan menerima takdir tersebut
dengan berkata, dengan meminta ayahnya melakukan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya.
Ini adalah pengorbanan yang mendalam dan penuh makna.
Dalam konteks kita bernegara dan berdemokrasi,
pengorbanan itu tidak hanya dilihat dari segi materi atau harta benda, tetapi
juga dalam bentuk komitmen untuk memastikan bahwa sistem demokrasi kita
berjalan dengan transparansi, keadilan, dan akuntabilitas. Sebagai anggota
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), saya sangat menyadari bahwa menjaga integritas
demokrasi bukanlah hal yang mudah. Pengorbanan yang diperlukan di sini adalah
pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memastikan bahwa setiap pemilu,
baik itu pemilu legislatif maupun presiden, gubernur maupun bupati, berjalan
dengan jujur dan adil.
Demokrasi yang Berkeadilan sebagai Bentuk
Pengorbanan untuk Bangsa
Demokrasi yang sehat tidak terwujud hanya dari
hasil pemilu yang diselenggarakan, tetapi juga dari proses yang transparan dan
bebas dari kecurangan. Di Kabupaten Lombok Tengah, kami di Bawaslu terus
berupaya memastikan bahwa setiap tahapan pemilu diawasi dengan ketat agar suara
rakyat benar-benar dihargai. Pengawasan ini tidak hanya tugas kami, tetapi juga
harus sama-sama kita pahami bahwa ini tentu juga merupakan tanggung jawab
seluruh masyarakat. Dalam demokrasi, setiap orang berhak untuk mengetahui proses
pemilu dan ikut berperan aktif dalam mengawasi jalannya pemilu.
Namun, untuk memastikan demokrasi yang
berkeadilan, pengawasan tidak boleh bersifat top-down saja. Di sinilah
pentingnya peran pengawasan partisipatif yang melibatkan seluruh lapisan
masyarakat. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk ikut serta
dalam mengawasi jalannya pemilu, baik dengan cara melaporkan pelanggaran,
menyuarakan ketidakadilan, maupun berpartisipasi dalam kampanye pendidikan
pemilih yang mendukung keterbukaan dan kejujuran. Pengorbanan yang kita lakukan
dalam konteks ini adalah pengorbanan dalam bentuk kesediaan untuk berbicara dan
bertindak demi kebaikan bersama, meskipun itu sering kali berarti menghadapi
tantangan dan risiko.
Membangun Pengawasan yang Lebih Partisipatif ke Depan
Ke depan, tentu Bawaslu kabupaten Lombok Tengah berkomitmen untuk
terus memperkuat mekanisme pengawasan yang melibatkan masyarakat lebih aktif.
Kami memandang bahwa demokrasi yang kuat dibangun melalui partisipasi aktif
masyarakat dalam mengawasi dan mengawal jalannya pemilu. Ini termasuk penguatan
jaringan pengawasan di tingkat desa maupun kecamatan, peningkatan kesadaran
politik Masyarakat dan lebih khusus lagi pemuda-pemuda karang taruna dan
pelajar-pelajar di Sekolah Menengah Atas baik Swasta maupun Negeri, serta
penggunaan teknologi informasi untuk memantau proses pemilu secara lebih
transparan dan efektif yang dapat diakses oleh Masyarakat secara umum.
Untuk itu, penting bagi kita semua untuk menyadari
bahwa demokrasi yang adil tidak bisa tercipta tanpa pengorbanan bersama.
Sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Presiden RI yang pertama Ir. Soekarno,
bahwa “Perjuangan kita adalah perjuangan tanpa kenal lelah. Kita harus berani
berkorban demi kemerdekaan dan keadilan.” Maka, dalam konteks demokrasi,
perjuangan dan pengorbanan itu adalah bagian tak terpisahkan dari upaya kita
menjaga keadilan sosial dan memastikan hak-hak setiap warga negara dihormati.
Demokrasi yang berkeadilan merupakan demokrasi yang berpihak pada kebenaran dan
kejujuran pada prosesnya sehingga menghasilkan pemerintahan yang bersih dan
pro-rakyat.
Menyelaraskan Pengorbanan dengan Tujuan
Demokrasi yang Berkeadilan
Idul Adha 2005 mengingatkan kita untuk merenung
tentang bagaimana kita dapat menyelaraskan pengorbanan dalam kehidupan pribadi
kita dengan komitmen kita untuk menjaga demokrasi yang berkeadilan. Pengorbanan
itu tidak selalu melibatkan materi, tetapi lebih kepada niat dan usaha kita
untuk menjalankan tanggung jawab kita dengan sebaik-baiknya. Bagi saya sebagai
anggota Bawaslu, ini adalah pengorbanan dalam bentuk komitmen Bersama untuk
mengawasi jalannya pemilu dengan sebaik-baiknya, memastikan bahwa suara rakyat
dihargai, dan bahwa semua pihak mendapatkan perlakuan yang adil dalam setiap
proses dan tahapan demokrasi yang kita jalani. Namun semua itu, tentu sekali
hanya dapat kita capai dengan kerja-kerja kolektif dan kerja gotong royong dari
semua lapisan Masyarakat khususnya di kabupaten Lombok Tengah. Dukungan semua
pihak dalam mendorong terwujudnya demokrasi berkeadilan hanya akan tercapai
Ketika semua kita terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demokrasi yang berkeadilan hanya bisa terwujud
jika kita bersama-sama menjaga dan memperjuangkannya. Seperti Nabi Ibrahim dan
Ismail, kita harus siap berkorban demi kebaikan bersama. Pengorbanan dalam
konteks demokrasi berarti berani bertindak demi keadilan, berani menyuarakan
kebenaran, dan berani menjaga kepercayaan rakyat agar tidak disalahgunakan oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Sebagai penutup, mari kita jadikan semangat Idul
Adha ini sebagai inspirasi untuk lebih bersungguh-sungguh dalam memperjuangkan
demokrasi yang lebih adil, transparan, dan berkeadilan. Dalam setiap
pengorbanan yang kita lakukan, baik itu dalam kehidupan pribadi maupun sebagai
bagian dari tugas kita menjaga demokrasi, kita membangun sebuah bangsa yang
lebih kuat dan lebih adil bagi semua. Selamat Hari Raya Idul Adha 2025, semoga
kita terus diberi kekuatan untuk berkorban demi kebaikan bersama.